Minggu, 02 Juli 2017

Bimbingan konseling

0

Bimbingan perlu diberikan berkelanjutan sepanjang hidup bagi mereka yang membutuhkan bantuan.namun demikian, masa bantuan paling penting dan paling efektif adalah pada masa kebiasaan, sikap dan ideal baru mulai terbentuk , dan pada masa teknik untuk membantu diri sendiri sedang berkembang. Masa remaja adalah masa pengambilan keputusan atau penentuan pilihan, karena itu penting adanya bimbingan di jenjang pendidikan lanjutan.
 
Apakah yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling ?
 
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995) 
 
Bimbingan dan konseling merupakan  upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. 
 
Apakah tujuan dari bimbingan dan konseling itu ?   
  1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang. 
  2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
  3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.    
  4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah lanjutan tingkat atas untuk :
  1. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri yang berkaitan dengan:a).Pengetahuan yang dicapai bagi kelanjutan studi, b).Ketrampilan yang dicapai bagi jabatan pekerjaan, dan c).Sikap yang dimiliki bagi komunikasi dalam hubungan sosial. 
  2. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan sekolah kini dan prospek mendatang.
  3. Mengatasi kesulitan dalam menguasai pengetahuan tuntutan sekolah.
  4. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan berbagai jenis karir dan lapangan kerja kini dan prospek mendatang. 
  5. Mengatasi kesulitan dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan tertentu yang dituntut suatu jenis karir dan lapangan kerja. 
  6. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan lingkungan sosial (orangtua, calon pasangan hidup, masyarakat sekolah, masyarakat luas) kini dan prospek tertentu. 
  7. Mengatasi kesulitan dalam menguasai sikap-sikap hormat dan penghargaan yang diharapkan lingukangan sosial tertentu. 
  8. Mengatasi kesulitan membuat keputusan arah pilihan kelompok mata pelajaran bagi kemungkinan kelanjutan studi, atau kemungkinan kelanjutan studi, atau kemungkinan karir dan jabatan pekerjaan; dan arah pilihan bagi kemungkinan calon pasangan hidup, serta dalam mengadakan penyesuaian dengan orangtua, masyarakat sekolah, dan masyarakat luas.

Psikologi Sekolah

0

Kedudukan psikologi sekolah dalam ilmu psikologi
Psikologi sekolah berada di bawah naungan psikologi pendidikan, dimana psikologi sekolah berfokus pada pendidikan yang diberikan secara formal, yakni dimulai dari tingkat Playgroup sampai ke SMA. Psikologi sekolah membahas hanya sebagian dari psikologi pendidikan, dimana psikologi sekolah menekankan bagaimana cara anak menerima pelajaran dengan lebih efektif, misalnya menyesuaikan kematangan fisik anak dengan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan anak dalam memperkuat informasi yang diterimanya selama masa sekolah.
2.      Perbedaan Psikologi Sekolah dan Psikologi pendidikan
Psikologi sekolah merupakan profesi dengan area kerja yang lebih sempit jika dibandingkan dengan Psikologi pendidikan. Biasanya psikolog yang bekerja di bidang pendidikan dibedakan atas Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah. Peran psikolog Sekolah lebih ditekankan sebagai ahli npsikolog sekolah (school psychologist), ahli psikolog masyarakat (community psychologist), dan sebagai guru bidang studi Psikologi Pendidikan. Terdapat penekanan fungsi peran psikolog sekolah pada tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan di sekolah itu sendiri.  Antara lain yaitu, melakukan diagnostik dalam arti luas, pelaksanaan tes, melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua dan orang lain yang mempengaruhipendidikan siswa; serta mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa. Dan bila Psikolog sekolah ahli menerapkan profesi psikologi sekolah, maka psikolog pendidikan kebanyakanbekerja di fakultas dalam lingkungan universitas  atau di lembaga penelitian seperti lembaga pendidikan dan latihan(diklat). Dan lebih berfokus pada riset pendidikan dan pengembanganmetode belajar yang meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri.
3.      Fungsi sekolah sebagai agen perubahan :
Sekolah mempunyai fungsi transformatif, setidak-tidaknya sekolah harus dapat mengikuti laju perkembangan agar bangsa jangan ketinggalan dalam kemampuan dan pengetahuan dibanding dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu, kurikulum harus senantiasa mengalami pembaruan dan perubahan. Perubahan dari negara agraria menjadi negara industri modern  memerlukan orientasi baru bagi sekolah kejuruan yang menyediakan tenaga kerja yang sesuai dan juga sekolah-sekolah lain. Di samping itu sekolah juga turut mendidik generasi muda agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sekolah memegang peranan penting sebagai agent of change untuk membawa perubahan-perubahan sosial, akan tetapi dalam norma-norma sosial, seperti keluarga, agama, filsafat bangsa, sekolah cenderung untuk mempertahankan yang lama dan dengan demikian mencegah terjadinya perubahan yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
4.      Metode dalam sistem pengajaran:
a.       Metode ceramah
b.      Metode tanya jawab : melanjutkan pelajaran yang lalu, menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa, dan memimpin pengamatan dan pemikiran siswa.
c.       Metode Diskusi : siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya menganai materi yang telah dibahas maupun tidak.
d.      Metode Kerja Kelompok : dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu.
e.       Metode demonstrasi dan eksperimen : antara metode demonstrasi dan eksperimen sebenarnya berbeda, akan tetapi dalam praktek sering dipergunakan silih berganti atau saling melengkapi.
f.       Metode sosiodrama dan bermain peran : merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan.

5.      Permasalahan yang terjadi di sekolah :
a.       Berbuat curang : menyontek dan praktek-praktek lain untuk mendapat nilai baik sering dilakukan secara berlebihan. Beberapa alasan seseorang menyontek antara lain tugas yang diberikan terlalu sulit; lingkungan, guru, orangtua, siswa, terlalalu menekankan pada nilai dan kurang menekankan pada pemahaman dan penguasaan pelajaran; siswa-siswa merasa tidak mampu dan kurang aman di dalam situasi kelas tersebut.
b.      Suka membolos : Anak yang suka membolos adalah anak-anak yang tidak mau pergi ke sekolah dan membuat rencana untuk melakukan sesuatu yang lain. Menurut mereka kegiatan di luar sekolah lebih menarik daripada kegiatan sekolah. Anak yang suka membolos biasanya memiliki sikap negatif terhadap pentingnya pendidikan. Mereka sekolah hanya karena desakan orangtua ataupun merasa hari depannya sudah cerah atau sudah terjamin tanpa belajar di sekolah.
Selain itu anak-anak yang orangtuanya terlalu otoriter dan terlalu mendorong anak untuk belajar atau anak-anak yang tahu bahwa keberhasilan sekolah mereka merupakan martabat bagi orangtua mereka, dan bukan bagi masa depan mereka sendiri, sering menggunakan cara membolos untuk mendapatkan suatu keinginan bagi diri anak sendiri, atau membolos merupakan pemberontakan sebagai pembalasan penolakan terhadap keinginan anak.
Adapun solusinya :
a.       Agar dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan efektif, guru hendaknya sedapat mungkin mengenal murid-muridnya dari segi kemampuan, bakat, keunggulan dan kelemahan mereka.
b.      Mempersiapkan kelas sedemikian rupa agar menarik perhatian murid, misalnya menghubungkan pelajaran dengan kegiatan-kegiatan lain di luar sekolah.
c.       Melibatkan siswa dalam membuat aturan-aturan bagi kelas.
d.      Bertindak arif, maksudnya siswa cenderung berperilaku seperti yang dilakukan oleh guru bukan berperilaku seperti yang dianjurkan oleh guru.
e.       Mengusahakan agar pelaksanaan kegiatan rutin kelas berlangsung secara efisien, misalnya membagikan buku, memasang peralatan-peralatan peraga. Ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk aktif dan untuk mendapatakan penghargaan.

6.      Fungsi Psikolog Sekolah dan Perlunya Psikolog Sekolah
Psikolog Sekolah berfungsi dalam hal diagnostik di sekolah yaitu
·         Pelaksanaan tes
·         Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
·         Observasi siswa di dalam kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
·         Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Selain memiliki fungsi, Psikolog sekolah juga mempunyai peran penting dalam menumbuh kembangkan dan memberikan rasa nyaman terhadap semua warganya , baik siswa , guru , karyawan , Tata Usaha , atau tamu serta para orang tua murid.
7.      Hal- hal yang diberikan dalam kaitannya dengan dengan psikolog sekolah
Hal-hal yang diberikan oleh psikolog sekolah bagi sekolah ialah pengetahuan untuk memanipulasi keadaan baik dalam situasi seburuk apapun bagi kelangsungan pembelajaran di sekolah, juga memberikan ide-ide yang mendukung interaksi yang baik dalam proses belajar di sekolah, dedikasi atau pengabdian psikolog sekolah tidak dianggap terikat seperti guru BK.
8.      Perbedaan psikolog sekolah, psikolog pendidikan, dan guru BK
Peran Psikolog sekolah yaitu harus mampu meningkatkan kualitas sekolah, istilahnya supaya sekolah itu bermutudengan baik. Sehingga seorang Psikolog sekolah sebagai salah satu pelaku pendidikan haruslah seorang profesional. Psikolog sekolah bisa memberikan penilaian intelegensia guru, inovasi guru dalam mengajar, dan lain sebagainya.
Psikolog pendidikan, biasanya ditempatkan di sekolah-sekolah umum maupun swasta dari berbagai jenjang (play group hingga SMA). Psikolog pendidikan memiliki andil dalam merancang kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan usia perkembangan anak. Selain itu, psikolog pendidikan berperan untuk senantiasa memonitor perilaku anak didik di lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat melalui komunikasi dua arah dengan orang tua anak.
Guru bimbingan konseling /konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pembimbingan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan konseling /konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah.

Pendidakan Anak Berkebutuhan Khusus

1


A. Pengertian Anak Bekebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Reward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbcda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi aunt fisik- Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetm tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan, istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.

B. Jenis–jenis anak bekebutuhan khusus
• Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua gologan yaitu buta total (Blind) dan low vision Detinisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan
• Tunarungu 
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran balk pen-nanen maupun tidak permanen.
• Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yane memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan klasifikasi tunagrahita berclasarkan pada tingkatan I_Q. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20)
• Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendafikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan )ang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor intemal clan faktor ekstemal yaitu pengaruh dari linakungan sekitar.
• Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis Yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah clan ruang dan keterlambatan perkembangan.
Jenis lain dari anak berkebutuhan kbusus ini adalah 
• Autistic-Disorder
adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adannya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku
• Childhood-Disintegrative-Disorder.
Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pads anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.

• Asperger-Disorder
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah "High-fuctioning autism-. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya.
Intonasi biara anak aspeger cendrung monoton. ekspresi muka kurang hidup cenderung murung dan berbicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme lidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnva, anak aspeerger masih bisa dan miliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkun dan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada skala rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakanH nama-nama latin. menghapal bagian bagian Child with specific learning disabylityAnak
• Child with specific learning disabylity
Child with specific learning disabylity Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar ,Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah emosi.Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Masing-masing anak mememilikik gejala dan kendala berbeda yang membuat mereka memiliki kesulitan belajar, tapi biasanya persamaan gejala: Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong Iearning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, ceders otak/cerebal palsy, minimal hirlin dysfunction , dyslexia dan developmental Anak-anak dengan teaming dissability sebenamya tidak bodoh, mereka punya kemampuan tinggi di satu bidang , tapi kendala mereka menyebabkan mereka mernbutuhan penanganan khusus untuk mencapai kemampuan tersebut.

C. Karakteristik anak berkebutuhan khusus 
Menurut Psikolog Klinis Adriana S Ginanjar.Anak yang mengalami ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), ciri-cirinva antara lain

a. Tidak bisa memusatkan perhatian,
b. Impulsif, dan hiperaktif.
c. Anak-anak semacam ini akan mudah bosan dan cenderung agresif.
d. Memiliki reaksi berlebihan terhadap frustasi.
Sedangkan pada anak-anak Autistik, beberapa cirinya adalah : gangguan yang jelas pada.perlaku non verbal.Seperti tidak bisa berbagi minat dengan orang lain dan suka menyendiri, terlambat untuk bisa berbicara, dan terikat pada ritual yang tidak fungsional.
Sementara anak yang mengalami Sindrom Asperger, pada umumnya tidak jauh berbeda dengan penderita autistik. Hanva saja pada anak autistik tidak mengalami keterlambatan bicara, tetapi cenderung menggunakan bahasa formal. Selain itu anak dengan Sindrom Asperger juga memilikirestasi akademik dan kemampuan yang balk pada bidang tertentu.Pada anak yang mengalami Retardasi Mental, ciri utamanva adalah memiliki skor yang rendah pada tes intelegensi formal. Anak tersebut juga memiliki hambatan dalam menyelesaikan tugas sehari-harinya.Lebih lanjut menurut Adriana, dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus tersebut peranan orang tua harus mendapat porsi yang lebih besar. "Bagaimanapun juga kasih sayang orang tua masih menjadi salah satu kunci terpenting dalam penanganan semua macam anak dengan gangguan psikologis.
D. Ben tuk-bentuk Layanan Pendidikan Anak Bekebutuhan Khusus
a. Segregasi
b. Mainstreaming
c. Pendidikan Terpadu 
d. Pendidikan Inklusi
Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003, jumlah penyandang cat nt ill Indonesia sebesar 0,7 % dari jumlah penduduk 211.428-572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa.
Dari jumlah tersebut 21,42 % diantaranya anak cacat usia sekolah (5-18 tahun) slaw 317,01(1 anak. Dengan mennggunakan data dasar tabun 2003, kemudian diproveksikan secara proposional, maka jumlah anak cacat usia sekolah pada tahun 2007 menjadi 321.000 anak.
Angka dimaksud tentunyat cukup signirlkan menjadi sasaran perluasan dan pemerataan pendidikan bagi anak berkelainan/cacat Quna menyumbang APIA SD,MI/Paket A yang saat ini telall mencapai 94,90 % dan APM SIMP/MTs[Paket B mencapai 92,52% (sumber: naskah sarnbtiuij, Mendiknas pada upacara bendera peringatan Harkimas Mei 2008) menuju penuntasan wajib belajar tahun 2008.
Kebijakan pemerataan pendidikan bagii seluruh anak bangsa merupakan realisasi terhadap amanat UUD 1945 (amandemen) pasal 31 ayat (2) yang menvatakan bahwa "setiap warga negar,, wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainva".
Kemudian ditindaklajuti dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat (2) bahwa "warga negara yang berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus", dan pasal 7 ayat (2) bahwa "Orang tua dari anak usia wajib belaiar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknva".
Alas dasar ketentuan di alas, maka dalam rangka menyukseskan program wajib belajar dan merealisasikan hak azasi manusia, layanan pendidikan bagi anak berkelainan/cacat perlu ditin.-katkar. Kebijakan pemerintah dalarn penuntasan Wajib Belajar jugs disemangati oleh seruan international Education Far All (EFA) dan dikumandangkan oleh UNESCO, sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di DAKAR, Senegal tahun 2000.
Oleh karena itu pemerintah memberi peluang kepada anak bcrkelainan dan caacat melalui pendidikan secara segregasi di SDLB, SMPLB, SMALB dan melakukan terobosan dengan memberi kesempatan memperoleh pendidikan di sekolah reguler (SD/MI,SMPIMTs/SMA/MA dan SMK/MAK) yang, disebut "Pendidikan Inklusif (inclusive education)".
Namun di luar dugaan keberadaan anak cacat tersebut masih harus terus dicari di bumi Pertiwi ini. Menurut Statistik Sekolah Luar Biasa tahun 2006/2007 jumlah peserta didik penyandang cacat yang telah mengaenyam pendidikan baru mencapai 87.801 anak (27,35%), dimana 72.620 anak mengikuti pendidikan segregasi di SDLB, SMPLB, SMALB atau SLB dan 15.181 anak cacat lainnya mengikuti pendidikan inklusif (sumber data: Direktorat PSLB).
Dengan demikian masih terdapat 233.199 (72,65%) anak cacat yang tinggal di desa, kecamatan dan kabupaten/kota belum mengenyam pendidikan. Oleh karena itu upaya pemerataan pendidikan itu menjadi tannggung bersama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Minggu, 09 April 2017

Testimonial Psikologi Pendidikan

0

Haiiiiii.......
Selamat datang lagi diblog saya. terimakasih udah mengungjunginya kembali. kali ini saya akan memberikan testimonial tentang mata kuliah psikologi pendidikan. Dimana mata kuliah ini adalah salah satu mata kuliah yang ada di semester II. langsung saja saya akan masuk kke testimonial ini.

"Menurut saya mata kuliah Psikologi Pendidikan merupakan mata kuliah yang sangat menarik karena didalamnya juga banyak terdapat ilmu psikologi lainnya seperti Psikologi Perkembangan, Kepribadian, Organisasi dan lain-lain. Dalam mata kuliah ini saya tertarik dengan apa yang diajarkan ooleh dosen saya. Sekaligus saya berjumpa dengan dosen-dosen lain yang belum pernah saya ikut dalam proses pembelajarannya. Dosennya sangat baik dalam memberikan kuliah dibarengi dengan contoh-contoh sehingga kami dapat dengan mudah menangkap maksudnya. selain itu beberapa dosen melakukan games maupun menggunakan teori belajar operant conditioning untuk menambah semangat kami mengikuti kuliah ini. Seperti memberi makanan ketika aktif dalam mata kuliah ini. Dalam materinya saya dapat mengetahui tujuan dan manfaat pendidikan tersebut dan mendapat semangat memajukan dunia pendidikan."

Mungkin itu saja testimonial yang bisa saya ungkapkan. Jangan lupa datang kembali ke blog saya. Terima kasih.

Psikologi Pendidikan: LAPORAN HASIL OBSERVASI

0


KELOMPOK 7
Reka Irayanti Sitanggang           (161301096)
Iskandar Muda Nasution          (161301104)
M Yoga Asmara                          (161301116)
Nazira                                          (161301117)
Fitri Ramadani                             (161301139)
Dian Indah Pratiwi                       (161301153)
Cici Fadhillah                              (161301155)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masalah utama dalam upaya mengelola kelas adalah siswa itu sendiri. Artinya pengelolaan kelas dilakukan tidak lain adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan gairah siswa dalam belajar baik secara kelompok maupun individual.
Guru sebagai manajer utama di kelas harus memahami bagaimana mengelola kelas yang baik dan efektif. Peran seorang guru dalam pengelolaan kelas sangat penting, khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik.
Dalam lingkungan pendidikan, biasanya dikatakan bahwa tidak seorang pun yang memerhatikan manajemen kelas (classroom) yang baik kecuali kelas menjadi ruwet. Ketika kelas dikelola secara efektif, kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran. Ketika kelas dikelola dengan buruk, kelas bisa menjadi kacau dan tidak menarik sebagai tempat belajar.
1.2   Rumusan masalah
a.       Bagaimana profil atau gambaran umum SD Negeri 067690 ?
b.      Bagaimana proses manajemen kelas yang ada di SD Negeri 067690 ?

1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui profil atau gambaran umum SD Negeri 067690.
b.      Untuk mengetahui bagaimana proses manajemen kelas yang ada di SD Negeri 067690.
c.       Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.

1.4  Manfaat
Manfaat bagi penulis yang di dapat dari penulisan ini adalah :
a.       Menambah wawasan mengenai manajemen kelas.
b.      Memberikan pengalaman tersendiri setelah melakukan observasi di SD Negeri 067690.
Manfaat bagi orang lain adalah:
a.       Menambah wawasan bagi pembaca lain.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1    IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah             : SD Negeri 067690
NPSN                          : 10209935
Alamat                                    : Jalan Karya Jaya No. 56 Kel. Pangkalan Mansyur, Medan
Akreditasi                   : A
Uang Sekolah              : Dana Boss
Konsep E-learning      : Power Point
2.2    LANDASAN TEORI

2.2.1     Pengertian Manajemen Kelas

             Menurut Ahmad Sulaiman (1995), manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.  
            Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan Kelas dan Siswa, menyebutkan bahwa manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.

2.2.2     Tujuan Manajemen Kelas
Manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan, yakni :
·         Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Carol Weinstein (1997) mendeskripsikan jumlah waktu yang tersedia untuk berbagai aktivitas kelas di sekolah menengah biasanya rata-rata 42 menit, waktu belajar tahunan biasanya sekitar 62 jam, yang kira-kira hanya setengah dari waktu yang diwajibkan. Meskipun angka ini hanya perkiraan, angka tersebut menunjukkan bahwa jam yang tersedia untuk pembelajaran kurang dari yang seharusnya. Manajemen kelas yang efektif akan membantu untuk memaksimalkan waktu pengajaran dan belajar.
·         Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat murid sibuk dengan tugas yang menantang dan memberikan aktivitas dimana murid menjadi kerap terserap kedalamnya dan termotivasi untuk belajar serta memahami aturan dan regulasi yang seharusnya dipatuhi. Dalam kelas seperti itu, kemungkinan murid mengalami masalah emosional dan akademik kecil.

2.2.3     Mendesain Lingkungan Fisik Kelas

2.2.3.1     Prinsip penataan kelas
·         Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang
·         Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid
·         Materi pelajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses
·         Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas

2.2.3.2     Gaya penataan
·         Penataan kelas standar
1.      Gaya auditorium, semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini membatasi murid tatap muka dan guru bebas bergerak ke mana saja. Gaya auditorium sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi di kelas.
2.      Gaya tatap muka (face to face), murid saling mengahadap. Gangguan dari murid-murid akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan auditorial.
3.      Gaya off-set, sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
4.      Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama efektif ketika anda ingin agar murid berbicara dengan anda atau bercakap-cakap dengan anda.
5.      Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (biasanya 4 sampai 8 anak) bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivita pembelajaran kolaboratif.

·         Personalisasi kelas
            Menurut pakar kelas Carol Weinstein dan Andrew Mignano (1997), kelas sering kali mirip dengan kamar hotel, nyaman tetapi impersonal, tidak mengukapkan apapun tentang orang yang menggunakan ruang itu. Untuk mempersonalisasikan kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas, diagram tanggal lahir murid (untuk murid SD), dan ekspresi murid yang positif.

2.2.4     Menciptakan Lingkungan Yang Positif Untuk Pembelajaran

2.2.4.1     Gaya manjemen kelas
·         Gaya manajemen kelas otoritatif, berasal dari gaya parenting menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerjasama dengan teman dan menunjukkan perhargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas otoritatif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir dan pelaku yang independen. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka.
·         Gaya manajemen kelas otoritarian, gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka. Murid dikelas yang otoritarian ini cenderung pasif, tidak mau membuat inisiatif kreativitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan sosial, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
·         Gaya manajemen kelas permisif, memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilkau mereka. Murid di kelas permisif cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.

2.2.4.2     Mengelola aktivitas kelas secara efektif
        Manajer kelas yang efektif :
·    Menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”.
·    Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif.
·    Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
·    Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang.

2.2.4.3     Mengajak murid bekerjasama
        Ada tiga strategi untuk mengajak murid bekerjasama dengan guru.
·         Menjalin hubungan positif dengan murid.
·         Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab.
·         Beri hadiah terhadap perilaku yang tepat.
a         Memilih penguatan yang efektif.
b        Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
c         Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku murid.

2.3  ALAT dan BAHAN OBSERVASI
·         Kamera Hp
·         Notes
·         Pulpen
·         Permen (3 bungkus)

2.4  METODE OBSERVASI
Metode yang digunakan dalam observasi ini adalah:
·         Wawancara
            Kami melakukan wawancara dengan guru dalam masing-masing kelas. Pertanyaan yang kami lontarkan adalah mengenai jumlah murid dalam satu kelas, apa saja yang diajarkan guru serta kemampuan kognitif para murid.
·         Pengamatan
      Pengamatan berlangsung di dalam kelas selama satu jam setengah. Kelas yang diobservasi ialah kelas II-A dan kelas II-B. Dalam pengamatan ini, kami mengamati bagaimana penataan kelas, gaya manajemen kelas, aktivitas kelas secara efektif, dan bagaimana guru dan murid berinteraksi.

2.5  SUBJEK PENELITIAN
29 orang murid kelas kelas II-A, 32 orang murid kelas kelas II-B.

2.6   JADWAL PELAKSANAAN OBSERVASI
Berikut merupakan susunan pelaksanaan kegiatan observasi.
No
Kegiatan
Tanggal
1.
Menentukan Sekolah
21 Maret 2017
2.
Mengajukan permohonan izin ke sekolah
21 Maret 2017
3.
Mengajukan permohonan surat izin ke fakultas
27 Maret 2017
4.
Menentukan kegiatan
28 Maret 2017
5.
Pemberian surat izin dari fakultas ke sekolah
30 Maret 2017
6.
Pelaksanaan observasi
31 Maret 2017

2.7  HASIL OBSERVASI
2.7.1   Hasil Wawancara
          Hasil penelitian yang kami dapat dari wawancara dengan guru kelas, bahwa kemampuan yang dimiliki anak sd kelas II masih berada di tahap belajar membaca, menulis dan melakukan perhitungan yang sederhana.  Hampir seluruh murid di kelas II ini masih mengeja dan tulisan mereka pun belum begitu rapi. Ibu guru juga mengatakan bahwa dari total keseluruhan murid kelas II-A yaitu 29 orang, empat orang diantara mereka merupakan calon yang tidak akan naik ke kelas selanjutnya. Sedangkan guru pada kelas II-B mengatakan bahwa hanya ada satu orang murid yang terancam tidak naik kelas. Menurut guru-guru tersebut, kelima murid tersebut tidak memiliki kriteria untuk naik kelas. Kriteria murid yang dimaksud ialah minimal dapat membaca dan menulis, namun kelima anak tersebut kurang dalam hal membaca dan menulis sehingga terancam tidak naik kelas. Orang tua dari kelima murid tersebut akan diminta datang dan diberi tahu mengenai anaknya masing-masing sebelum ditentukan naik atau tidak ke tingkat yang lebih tinggi.
2.7.2   Hasil Pengamatan
          Pada satu ruang kelas digunakan untuk dua tingkat kelas SD yaitu kelas II dan kelas III. Kelas yang kami amati ialah kelas II-A dan II-B. Kami mengamati gaya penataan kelas, kedua kelas yang diamati menggunakan gaya klaster (cluster). Murid belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 6 anak. Dimana tidak ada perbedaan yang diberikan, maksudnya ialah didalam satu kelompok belajar terdiri dari murid perempuan dan laki-laki. Untuk personalisasi kelas, dinding ruang kelas sudah dipenuhi dengan gambar-gambar seperti hewan, tumbuhan, foto presiden dan mantan presiden, sayuran, media elektronik yang memberikan pengetahuan baru bagi para murid. Dalam kedua kelas tersebut tidak ada perbedaan dalam penataan kelas. Susunan gaya klaster (cluster) efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.
          Dalam gaya manajemen kelas, guru yang mengajar di kelas II-A ini lebih mengarah ke gaya manajemen kelas otoritarian. Gaya manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah cenderung menjaga ketertiban di kelas.  Gaya manajemen kelas otoritarian ini tidak dilaksanakan setiap waktu, terkadang beliau juga melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan menunjukkan perhatian kepada mereka. Bentuk perhatiannya seperti, beliau memanggil murid nya satu persatu untuk diajari membaca dan juga mengajukan pertanyaan dari yang dibaca murid. Sedangkan guru yang mengajar di kelas II-B mengarah ke gaya manajemen kelas otoritatif. Gaya manajemen kelas otoritatif tidak berfokus menjaga ketertiban kelas tetapi pengajaran dan pembelajaran. Sama halnya dengan guru yang otoritarian, guru otoritatif juga melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Gaya otoritatif akan lebih bermanfaat bagi murid daripada gaya otoriter atau permisif. Gaya yang otoritatif akan membantu murid menjadi pembelajar yang  aktif dan mampu mengendalikan diri.    
2.8 EVALUASI
Berdasarkan dari hasil observasi diatas, sekitar lima murid terancam tidak naik kelas karena belum mampu membaca dan menulis. Ruang kelas yang digunakan bersama secara bergantian oleh kelas II dan III menyebabkan penataan kelas yang sesuai sulit dilakukan.
Guru yang mengajar di kelas II-A ini mengarah ke gaya manajemen kelas otoritarian membuat murid dikelas II-A ini cenderung pasif dan hanya belajar menurut tuntunan guru. Mereka juga sering kali ragu untuk berdiskusi dengan teman sebelahnya. Kelebihannya ialah suasana di kelas ini tidak begitu ribut dan cukup disiplin.

BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
            Berdasarkan pembahasan dan uraian yang telah disajikan, maka berikut dikemukakan kesimpulan observasi bahwa proses pembelajaran di Kelas II-A dan II-B SD NEGERI 067690 berjalan dengan efektif dan kondusif. Hal ini dikarenakan guru selalu mempertimbangkan metode, model atau strategi yang tepat digunakan untuk suatu materi pelajaran didalam proses belajar mengajar di kelas. Sehingga peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Manajemen kelas juga sudah tersusun dengan baik, baik dalam tempat duduk maupun hubungan antara siswa/i yang duduk berkelompok dalam proses belajar mengajar.

3.2  SARAN
            Dari analisis observasi, kami kelompok 7 mempunyai beberapa saran untuk SD Negeri 067690 Medan Johor khusus nya yang kami lakukan di kelas II-A dan II-B. Semoga saran ini dapat bermanfaat bagi kelangsungan belajar mengajar di SD Negeri 067690 :
1.      Sebaiknya SD lebih menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga murid- murid nyaman dan senang dalam belajar.
2.      Adanya hubungan baik antara guru dan wali murid.
3.      Lebih bisa disiplin waktu dan bisa mengatur waktu yang efektif sehingga pembelajaran berjalan baik.
4.      Pengelolaan yang baik perlu di tingkatkan agar tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya.
5.      Lebih melengkapi fasilitas dan sarana prasarana pembelajaran sehingga bisa memperlancar proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Santrock. John W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media Group.


DOKUMENTASI





www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net